Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta aparat kepolisian di wilayahnya dapat terus menertibkan para gigolo yang diduga berpraktik di kawasan wisata Pantai Kuta, Kabupaten Badung.
"Kami minta aparat kepolisian bersama-sama pihak desa adat setempat dapat terus melakukan itu, sehingga Kuta benar-benar bersih dari praktik Lelaki Tuna Susila (LTS)," kata dia di Denpasar, Selasa (27/04).
Gubernur menyatakan hal itu setelah sejumlah kalangan menyatakan keberatan dan protes atas beredarnya film COWBOYS IN PARADISE lewat jaringan internet.
COWBOYS IN PARADISE adalah film dokumenter yang mengisahkan praktik para gigolo atau lelaki tuna susila (LTS) yang siap melayani para wanita yang tengah berwisata di kawasan Pantai Kuta.
Film yang memanfaatkan lokasi pengambilan gambar di pantai berpasir putih itu, merupakan garapan Amit Virmani, sutradara keturunan India yang kini menetap di Singapura.
Para gigolo yang tampil dalam film tersebut adalah pria yang rata-rata berkulit hitam mengkilap setelah lama berjemur di bawah terik matahari, sebagaimana layaknya anak pantai yang kerap terlihat bercengkrama dengan turis di Pantai Kuta.
COWBOYS IN PARADISE menjadi heboh di Bali setelah film yang meraih sejumlah penghargaan dalam Korean International Documentary Festival ini bisa disaksikan lewat jaringan internet.
Masyarakat menilai film tersebut telah menodai citra pariwisata Bali yang seolah-olah telah mengedepankan unsur seksual sebagai sebuah daya tariknya.
Gubernur Pastika menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan langkah-langkah untuk memulihkan citra pariwisata Bali yang selama ini bertumpu pada nilai-nilai luhur seni dan budaya bangsa.
Mengingat itu, Pastika menyatakan prihatin atas munculnya film COWBOYS IN PARADISE yang mengisahkan sisi negatif dari kawasan pantai di Pulau Dewata.
"Kalau kejadian itu benar, tentu ini sangat memprihatinkan. Kami akan mengambil tindakan agar citra Bali sebagai pulau spiritual tidak ternoda," ujar Pastika.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi perhatian pihaknya, antara lain menyangkut proses pembuatan film tersebut beserta substansinya.
"Jika film itu tidak ada izin, jelas merupakan pelanggaran. Kami akan telusuri apakah film itu resmi atau tidak," ujar Pastika.
Terkait adanya praktik gigolo di kawasan pantai yang kesohor ke mancanegara itu, gubernur menekankan agar hal itu benar-benar dapat diperhatikan.
"Dari sekarang, petugas sudah harus terus-menerus melakukan pengawasan dan razia atas praktik LTS yang telah menodai citra pariwisata Bali yang sesungguhnya itu," ujar Pastika.
Sementara Bendesa Adat Sudira tidak menampik kalau di wilayahnya memang ada praktik para gigolo yang selama ini melayani turis wanita dari sejumlah negara.
"Praktik itu memang ada, bahkan sudah tampak sejak kurang lebih 20 tahun silam, yakni sejak Kuta mulai berkembang menjadi sebuah destinasi wisata favorit dunia," ucapnya.
Namun demikian, Sidira membantah kalau para LTS itu adalah pria yang berasal dari Pulau Dewata, terlebih dari daerah Kuta sendiri.
"Tidak, tidak ada warga pria kami yang berpraktik mesum seperti itu," kata Sidira dengan menambahkan, sejauh ini yang berprofesi sebagi pria penghibur adalah orang yang berasal dari luar Bali. [initial]
sumber : news.yahoo
Baca Selengkapnya...